Bila disebut tasawuf, sebagian besar masyarakat akan memahaminya sebagai hidup menjauh dari dunia dan lebih fokus ke akhirat. Kekayaan diajuhi, kekuasaan diabaikan. Hidup sepenuhnya untuk beribadah. Pemahaman seperti ini bisa dipahami mengingat pada awal munculnya, para pengamal tasawuf, dikenal sebagai sufi, memilih untuk menjauh dari dunia, menepi dan mengasingkan diri, sibuk berdzikir dan beribadah. Bagi mereka bahagia itu ketika merasakan kehadiran Allah.
Tasawuf dalam buku ini tidaklah dimaknai seperti itu. Buya Hamka memaknai tasawuf sejalan dengan al-Junaid al-Baghdadi yang mengartikan tasawuf sebagai, “keluar dari budi pekerti yang tercela dan masuk ke budi pekerti yang terpuji.” Inilah tujuan awal hadirnya tasawuf yaitu membersihkan jiwa, mendidik dan mempertinggi derajat budi dengan menekan segala kelobaan dan kerakusan. Dengan pemahaman seperti ini, bagi Hamka tidak ada yang salah dengan bekerja keras dalam mengumpulkan harta atau berupaya tanpa kenal lelah untuk menggapai kuasa. Justru ini sejalan dengan ajaran Islam yang mendorong ummatnya untuk mencari rezeki dan mengambil sebab-sebab mencapai kemuliaan, ketinggian, dan keagungan dalam hidup. Namun, jangan salah menempatkannya. Kekayaan, kekuasaan, dan segala kesenangan dunia ditempatkan sebagai jalan, bukan tujuan.
Dalam menggapai bahagia misalnya, kekayaan adalah jalan, bukan kebahagiaan itu sendiri. Perjalanan kita di dunia ibarat pelayaran kapal yang singgah di sebuah pulau yang indah. Namun, sejak awak nakhoda sudah mengingatkan bahwa izin turun hanya untuk beristirahat sejenak.
Oct 26, 2018 - NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA EBOOK - Tinjauan Struktural Dan Nilai. Tinjauan Struktural Dan Nilai Pendidikan Novel Bidadari-bidadari Surga. AKUT EBOOK DOWNLOAD BUKU AKHLAK TASAWUF EPUB. Tasawuf dari sufisme klasik ke neo-sufisme / H.A. Rivay Siregar. Stock,: 1 eks. Indeks Page,: eks. Information,: xviii, 272 hlm.: il.; 21 cm eks. Download as Microsoft Word Download as PDF.
Silakan melihat-lihat, tapi jangan lalai bila datang panggilan hendak melanjutkan pelayaran. Setengah orang, diikutinya perintah nakhoda itu, dia turun ke daratan, mengambil barang-barang sekadar yang berguna, tidak membuang-buang tempo, setelah selesai dia pun kembali ke kapal. Setengahnya lagi terpedaya dan terlambat naik, sehingga tempat duduknya telah digantikan orang lain. Adapun sebagian pula, dan inilah yang terbesar, lalai dan lengah, terpedaya, lupa bahwa perjalanannya masih jauh. Tertarik dia dengan keindahan yang ada di pulau itu, sehingga disangkanya tidak ada lagi keindahan dan kecantikan sesudah itu.
Telah berkali-kali lonceng berbunyi menyuruh naik ke kapal, dia masih acuh tak acuh. Tiba-tiba datang masa dan waktunya, kapal membongkar sauhnya dan mereka tertinggal dalam pulau itu. Agar tidak salah langkah saat dalam mengarungi dunia, agama harus menjadi pijakan. Hidup dengan berpedoman pada agama itulah jalan kebahagiaan sejati. Kaya atau miskin, penguasa atau rakyat jelata, sukses atau gagal tidak menghalanginya untuk hidup bahagia. Karena baginya, semuanya merupakan jalan untuk menggapai kebahagiaan sejati di akhirat nanti.
Buku ini pertama kali diterbitkan tahun 1939. Mulai ditulis sejak pertengahan 1937 dan dimuat di majalah Pedoman Masyarakat. Meskipun demikian, pesan-pesan yang disampaikan buku ini tetap relevan walau generasi telah berganti, zaman telah berubah.
Author by: Haidar Bagir Language: id Publisher by: Mizan Format Available: PDF, ePub, Mobi Total Read: 33 Total Download: 453 File Size: 46,7 Mb Description: Sekurangnya selama dua dekade-di negeri-negeri maju bahkan sejak setengah abad-yang lalu, kita menyaksikan kembalinya spiritualisme atau mistisisme ke dalam kehidupan manusia modern. Demikian pula halnya dengan spiritualisme Islam, yakni tasawuf. Keberhasilan peradaban modern dalam memenuhi tuntutan kemakmuran hidup ternyata justru menggarisbawahi dahaga orang pada spiritualisme. Tapi, kenyataan ini tak lantas menghapus kesan di benak banyak orang bahwa tasawuf terkait erat dengan irasionalitas, klenik, bid'ah (mengada-adakan-dan mempersulit-hal-hal yang tak ada dalam sistem kepercayaan Islam), bahkan syirik. Harus diakui bahwa tuduhan-tuduhan itu, meskipun terkadang berlebihan dan bersifat pukul rata, bukannya sama sekali tak punya alasan. Maka, buku kecil ini memiliki fungsi ganda.
Pertama, memaparkan tasawuf secara proporsional, ringkas, populer, dan mudah dipahami, tetapi sedapat mungkin juga cukup komprehensif dan tidak dangkal. Kedua, mempromosikan sejenis tasawuf positif-sebagai lawan tasawuf negatif atau eksesif-yang sejalan dengan prinsip tauhid, akhlak Islam, rasionalitas, sikap proporsional terhadap kehiduapn duniawi, dan juga penghargaan terhadap sains.
Meskipun ringkas dan populer, pembaca akan mendapati pandangan-pandangan segar yang tak segera bisa didapat dari buku-buku sejenis yang lebih berat. Dengan membaca buku ini, Anda diharapkan dapat mengetahui:. Makna tasawuf. Manfaat bertasawuf.
Sejarah aliran-aliran tasawuf. Konsep-konsep kunci tasawuf, khususnya zuhud. Perbedaan tasawuf positif dan tasawuf negatif atau eksesif. Tasawuf dan rasionalitas.
![Ebook buku akhlak tasawuf Ebook buku akhlak tasawuf](/uploads/1/2/5/6/125633345/262716038.png)
Sebuah buku saku yang mencerahkan tentang soal penting dan pelik dengan gaya penyampaian yang simpel dan mengalir. Mizan, Haidar Bagir, Tasawuf, Sufi, Islam, Indonesia. Author by: Zulkifli Language: en Publisher by: ANU E Press Format Available: PDF, ePub, Mobi Total Read: 63 Total Download: 446 File Size: 44,8 Mb Description: The Struggle of the Shi‘is in Indonesia is a pioneering work. It is the first comprehensive scholarly examination in English of the development of Shiism in Indonesia. It focuses primarily on the important period between 1979 and 2004 – a period of nearly a quarter of a century that saw the notable dissemination of Shi’i ideas and a considerable expansion of the number of Shi’i adherents in Indonesia. Since Islam in Indonesia is overwhelmingly Sunni, this development of Shiism in a predominantly Sunni context is a remarkable phenomenon that calls for careful, critical investigation. There is also an important examination of the principal ideas underlying the Madhab Ahl al-Bayt, the Imamate and Imam Madhi, Ja‘fari jurisprudence and ritual piety.
Appropriately, in his discussion, Zulkifli provides a succinct outline of contrasts with Sunni ideas and practice. He also examines the publishing efforts that underpinned the dissemination of Shi’i ideas and the founding of IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) in July 2000 for the propagation of Ahl al-Bayt teachings.
Given the Indonesian context, Zulkifli is also concerned with Sunni reactions to these Shi’i developments – a story that continues to unfold to the present. This book as a work of great value and significance for the continuing understanding of the richness and complexity of Indonesian Islam.